Inilah Perhiasan Indah Ketika Kaya

perhiasan indah

Inilah Perhiasan Indah Ketika Kaya

Dalam realitas masyarakat, kadang kepemilikan atas harta kekayaan merupakan standarisasi dalam menentukan kebahagiaan hidup seseorang. Harta yang melimpah menunjukkan bahwa ia adalah orang yang berbahagia. Dengan asumsi tersebut, manusia cenderung berlomba-lomba untuk memperbanyak harta kekayaan yang dimiliki, karena kebutuhan manusia atau kesenangan manusia terhadap harta sama posisinya dengan kebutuhan hidup manusia terhadap anak dan atau keturunan. Sehingga dengan demikian kebutuhan manusia terhadap harta merupakan kebutuhan yang mendasar.

Hakikat kaya menurut Rasulullah adalah ia yang memiliki kekayaan hati. Maksudnya adalah merasa cukup atas apa yang ada. Sebab yang ada sejatinya adalah itu ynag terbaik menurut Allah, bukan menurut mata manusia. Yang demikian berlandaskan hadis dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Meski sejatinya ukuran kaya bukan dari seberapa banyak harta kekayaannya, namun jika dianugerahkan harta kekayaan yang melimpah tidaklah mengapa. Lagi-lagi kita kita kembalikan ke rencana Allah, bisa jadi memang kondisi kaya adalah kondisi yang terbaik menurut-Nya.

Kekayaan tersebut bisa digunakan dan diinvestasikan untuk apa saja yang dikehendaki, bahkan bisa untuk dipergunakan membeli perhiasan emas, interior rumah, atau perhiasan-perhiasan indah lainnya. Namun yang perlu diketahui adalah perhiasan yang baik dan indah ketika dalam kondisi kaya menurut Ali bin Abi Thalib adalah rasa syukur. Yang demikian tersirat dalam kitabnya al Hikan Ali ibn Thalib sebagai berikut:

والشكر زينة الغنى

Syukur adalah hiasan kekayaan

Syukur adalah akhlak mulia, yang muncul karena adanya rasa kecintaan dan keridhaan terhadap Allah, Sang Pemberi Nikmat. Ibnu Qayyim dalam kitabnya, Thariq al Hijratain, mnjelaskan bahwa hakikat syukur adalah mengakui nikmat Sang Pemberi Kenikmatan dengan penuh ketundukan dan kecintaan kepada-Nya. Ketika keadaan yang ada adalah penuh nikmat atau kaya, maka banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan rasa syukur, tentunya tetap dalam jalan ketundukan dan kecintaan kepada-Nya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel